Kamis, 21 Februari 2013

Ketika Hidup itu, Berjalan..

Selamat malam, bintang.. 
semoga sinarmu selalu mengiringi setiap insan..
Semoga dan semoga, secerca sinarmu akan tetap mampu menghangatkan perasaan- perasaan kehilangan..

Aku mengerti , manusia itu akan berangkat dan pulang. Situasi itu biasa dipanggil perjalanan.

Seperti itulah kita di dunia. Pada perjalanan kita, pasti akan menemukan lika-liku. Seseorang diberi berkah untuk hidup didunia dengan segala kelebihan dan kekurangan.
Kita hidup dalam keadaan susah dan senang. Tinggal bagaimana pandai-pandainya mensyukuri segala nikmat yang sudah Dia berikan.
Seperti malam-malam lalu, entah pikiran ini selalu mencoba berputar pada kejadian masa lalu. Masa dimana diri ini merasakan senang, sedih, bahkan marah.
Merasa kehilangan, jatuh cinta, dan rasa syukur yang tiada terukur. “Ini hidup”. Ujarku lirih kala itu.
Ketika perasaan ini melaju dengan gelisahnya, tidak sengaja mataku membaca sebuah pesan singkat darinya. Seorang yang dulu masa laluku. Dari sederet kalimat yang ia kirim, sangat bisa kupastikan dia sedang berduka. Kakak perempuan satu-satunya dipanggil Tuhan. Aku yang terkejut tidak terburu-buru panik. Meski aku tahu, si Mbak adalah perempuan kedua yang ia panut setelah Ibunya. Aku bisa menebak bagaimana limbung hatinya sekarang ini. Tapi aku bisa apa? Saat ini aku hanya bisa mendoakan supaya arwah Mbak diterima di sisiNya. Tapi sejenak kemudian, aku mendengar suara bass-nya lebih serak dan seperti sulit untuk diungkapkan.
Betapapun wanita, ia akan luluh hatinya jika mendengar orang lain bersedih. Hanya bisa terdiam. Mendengar ceritanya. Saat ini aku berusaha sekuat mungkin untuk meredakan duka yang dia alami. Sebagai teman baik, pasti akan ada waktu untuk merengkuh sahabatnya. Rasa-rasanya aku ingin segera menemuinya dan bilang, “semua akan baik-baik saja,aku disini menemanimu”. Tapi apa daya.. Lagi-lagi jarak yang mengedus ditengah kehilangan.
Aku kasian padamu. Dan aku ingat, kamu satu-satunya yang kala itu selalu merengkuh pundakku dari airmata selama aku disana , ketika Tuhan menjemput pulang Papa.
Hidup didunia itu timbal balik. Selalu ada simbiosis mutualisme didalam perjalanannya. Untuk bekal pulang ke hadapan Sang Khalik.